TUGAS PENGANTAR MENAJEMEN
OLEH:
1.
INDAH KURNIASIH (7211414132)
2.
MAYLANI MAFTUCHAH (7211414134)
ROMBEL : AKUNTANSI B 2014
1. TEORI
PERILAKU
a. Penelitian
Universitas Ohio
Pada tahun
1945 , Biro penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan dalam bidang kepemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner
mulai dari ahli psikologi , sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan
menggunakan Kuesioner Deskripsi Perilaku
Pemimpin , untuk menganalisis
kepemimpinan dalam berbagai tipe kelompok dan situasi. Penelitian ini dilakukan
atas beberapa komandan Angkatan Udara dan anggota-anggota pasukan pengebom (bombers crew), pejabat-pejabat sipil di
angkatan laut, pengawas-pengawas dalam pabrik, administrator-administrator,
perguruan tinggi, guru , kepala guru,
pemilik-pemilik sekolah , pemimpin-pemimpin berbagai gerakan mahasiswa
dan kelompok-kelompok sipil lainnya.
Studi ohio memulai dengan premis bahwa tidak ada
kepuasaan atas rumusan atau definisi kepemimpinan yang ada, mereka juga
mengetahui bahwa hasil kerja yang terdahulu terlalu banyak berasumsi bahwa
“kepemimpinan” selalu diartikan sama dengan “kepemimpinan yang baik”.
Staf peniliti dari Ohio ini merumuskan kepemimpinan
sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan
suatu grup kearah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai
deskripsi perilaku atas dua dimensi, yakni: struktur pembuatan inisiatif dan
perhatian.
Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukkan kepada
perilaku pemimpin di dalam menentukan hubungan kerja antara dirinya dengan yang
dipimpin, dan usahanya di dalam menciptakan pola organisasi, saluran
komunikasi, dan prosedur kerja yang jelas. Adapun perilaku perhatian (consideration) menggambarkan perilaku
pemimpin yang menunjukan kesetiakawanan, bersahabt, saling memercayai, dan
kehangatan didalam hubungan kerja antara pemimpin dan anggota stafnya. Kedua
perilaku inilah yang digali dan diteliti oleh penelitian Universitas Ohio ini.
Kuesioner (The
Leader Behavior Description Questionnaire - LBDQ) terdiri dari 15 item yang
berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai struktur inisiatif, dan 15 item yang
berisi pertanyaan mengenai perhatian. Responden diminta menilai frekuensi pemimpinnya
di dalam melakukan setia bentuk struktur inisiatif dan perhatian dengan cara
memilih salah satu dari 5 deskripsi sebagai berikut:selalu, seringkali,
sewaktu-waktu, jarang dan tidak pernah. Dengan demikian, struktur inisiatif dan
perhatian merupakan dimensi-dimensi dan perilaku yang diamati dan digunakan
oleh pihak lain. Contoh item-item yang digunakan dalam pertanyaan dapat dilihat
TABEL :
Contoh item dalam kuesioner deskripsi perilaku pemimpin
Walaupun
penekanan utama dalam studi kepemimpinan dari Universitas Ohio ini adalah pada
perilaku yang diamati, namun demikian staff peneliti mengembangkan pula
kuesioner pendapat pemimpin (leader
Opinion Questionnaire- LOQ) dalam mengumpulkan data mengenai persepsi diri
dari pemimpin-pemimpin tentang gaya kepemimpinannya .
Di
dalam menelaah perilaku kepemimpinan, tim dari Universitas Ohio ini menemukan
bahwa kedua perilaku struktur inisiatif dan pehatian tersebut sangat
berbeda dan terpisah satu sama lain.
Nilai yang tinggi pada satu dimensi tidaklah mesti diikuti rendahnya nilai dari
dimensi yang lain. Perilaku pemimpin dapat pula merupakan kombinasi dari dua
dimensi tersebut. Oleh karena itulah, selama penelitian kedua dimensi perilaku
tersebut dirancang pada sumbu yang
terpisah. Empat segi dikembangkan untuk menunjukkan bermacam kombinasi dari
struktur inisiatif (perilaku tugas) dengan perhatian (perilaku hubungan).
b. Penelitian
universitas Michigan
Studi
kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich,
mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin yaitu : Perilaku kepemimpinan
yang berorientasi pada pekerjaan/tugas (The Job Centered) dan bentuk Perilaku
kepemimpinan terpusat pada pegawai/bawahan (The Employee centered).
Menurut Robbins
(2003) studi kepemimpinan yang dilakukan oleh Pusat Riset dan Survei
Universitas Michigan pada waktu yang kira-kira bersamaan dengan yang dilakukan
di Ohio, mempunyai sasaran penelitian yang serupa: mencari karakteristik
perilaku pemimpin yang tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan kinerja.
Kelompok Michigan juga sampai pada dua dimensi perilaku kepimipinan yang mereka
sebut beroriantasi bawahan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang
berorientasi-bawahan dideskripsikan sebagai menekankan hubungan antarpribadi;
mereka berminat secara pribadi pada kebutuhan bawahan mereka dan menerima
perbedaan individual di antara anggota-anggota. Sebaliknya pemimpin yang
berorientasi-produksi, cenderung menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan
– perhatian utama mereka aalah pada penyelesaian tugas kelompok mereka, dan
anggota-anggota kelompok adalah alat untuk tujuan akhir itu.
Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian. Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi (production orientastion) dan orientasi bawahan (employee orientation). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis.(Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
Dalam mengadakan penelitian pusat riset survei universitas Michigan bekerjasama dengan riset angkatan laut yang tujannya untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompokyang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini maka pada tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, new Jersey, pada perusahaan asuransi Prudental. Pada penelitian Newark, New Jersey tersebut pengukuran yang sistematis dibuat berdasarkan persepsi dan sikap para pekerja. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan pengukuran-pengukuran pelaksanaan kerja.
Pusat Riset Micihigan University melakukan suatu penelitian. Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni orientasi produksi (production orientastion) dan orientasi bawahan (employee orientation). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan organisasi, dengan tanpa menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis.(Wahjo Sumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
Dalam mengadakan penelitian pusat riset survei universitas Michigan bekerjasama dengan riset angkatan laut yang tujannya untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan anggota kelompokyang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini maka pada tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, new Jersey, pada perusahaan asuransi Prudental. Pada penelitian Newark, New Jersey tersebut pengukuran yang sistematis dibuat berdasarkan persepsi dan sikap para pekerja. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan pengukuran-pengukuran pelaksanaan kerja.
Hasil menunjukkan
bahwa pengawas-pengawas pada seksi produksi tinggi lebih menyukai:
a. Menerima pengawasan
dari pengawas-pengawas mereka yang bersifat terbuka di banding yang terlalu
ketat.
b. Menyukai sejumlah
otoritas dan tanggungjawab yang ada pada pekerjaan merek
c. Menggunakan
sebagian besar waktunya dalam pengawasan
d. Memberikan
pengawasan terbuka kepada bawahannya dari pada pengawasan yang ketat.
e. Berorientasi pada
pekerja dari pada berorientasi pada produksi.
Menurut Fred Luthans pengawasan seksi produksi rendah memiliki
karakteristik dan teknik-teknik yang berlawananan. Mereka dijumpai menyukai
pengawasan-pengawasan yang ketat yang berorientasi pada produksi. Penemuan lain
yang penting tapi kadang-kadang di abaikan adalah bahwa kepuasan karyawan tidak
secara langsung berhubungan dengan produktivitas.
Pada umumnya orientasi pengawasan karyawan seperti yang diuraikan di atas telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan seacra tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan prudential diatas telah banyak dikutib untk membuktikan teori-teori dalam hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya dibidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit dan organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari penelitian ilmu-ilmu sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil penelitan tahunannya yang berjudul New Pattern of Management, walaupun dalam penelitian tersebut banyak terdapat variasi dan penyempurnaan dari hasil penemuan yang lalu namun dalam New Pattern tersebut secara esensial masih banyak dijumpai kesamaan dengan penelitian diperusahaan Prudential diatas (Miftah Toha, 2001,21)
Pada umumnya orientasi pengawasan karyawan seperti yang diuraikan di atas telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan seacra tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan prudential diatas telah banyak dikutib untk membuktikan teori-teori dalam hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya dibidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit dan organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari penelitian ilmu-ilmu sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil penelitan tahunannya yang berjudul New Pattern of Management, walaupun dalam penelitian tersebut banyak terdapat variasi dan penyempurnaan dari hasil penemuan yang lalu namun dalam New Pattern tersebut secara esensial masih banyak dijumpai kesamaan dengan penelitian diperusahaan Prudential diatas (Miftah Toha, 2001,21)
Berdasarkan penelitian universitas michigan tersebut ada dua macam
tipe perilaku kepemimpinan yang telah kami sebutkan diatas. Rensis leinkert
memberikan uraian karaktesitik dari masing-masing tipe kepemimpinan tersebut.
Dalam tipe kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal
sebagai berikut :
a. Pemimpin
memberikan petunjuk kepada bawahan.
b. Pemimpin selalu
mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
c. Pemimpin
meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan
keinginannya.
d. Pemimpin lebih
menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan
bawahan.
Sedangkan tipe kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau
bawahan ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan
pengawasan kepada bawahan.
b.
Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan
keputusan.
c.
Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan
kerja sama, saling menghormati di antara sesama anggota kelompok.
2. TEORI KONTINGENSI
a. Situasional Hersey dan Blanchard
Pendekatan situasional
menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan
mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu
pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada
kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori
yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya
asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang
berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang
berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Lebih lanjut Yukl menjelaskan bahwa pendekatan situasional menekankan
pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang
dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik
para pengikut.
Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat
perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif
sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada
kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah
merujuk pada sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan
Blanchard ini menurut Kreitner dan Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat
oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai
kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam
berbagai penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya
digunakan dengan catatan-catatan khusus.
b. Kontingensi Fiedler
Model kepemimpinan
Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut
beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok
tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian
situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian
situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
(leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan
posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan
sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan
bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam
organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi
tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang
baku.
Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan
yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk
menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka
masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin
(misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan,
promosi dan penurunan pangkat (demotions).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar