Pages

Selasa, 10 Maret 2015

akuntansi dalam sejarah



Bismillahirrahmanirrahiim

“Gaess... Ngapain sih kita peduli sejarah akuntansi? Asalkan tau ilmunya, kita tinggal mengamalkan keahlian yang kita punya, gak perlu lah tau sejarahnya, toh kalo tau paling        cuma buat wawasan aja..”

Mungkin sebagian besar dari kita berpendapat demikian. Namun, sisi sejarah mempunyai peran penting dalam peradaban manusia. Karena dari sejarahlah kita belajar tentang suatu nilai kehidupan. Tidak terkecuali akuntansi. Hal sekecil pencatatan seperti ini pun bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan Allah memerintahkan pada kita untuk mengamalkannya. “Ayo tebak ada di juz berapa, surat apa, dan ayat berapa..??”

Bahkan salah satu imam besar muslim, yaitu Imam Syafi’i pun mengaitkan hubungan akuntansi dengan ketajaman pikiran manusia.
 “Barang siapa mempelajari hisab (akuntansi), pikirannya bagus.” (Imam Syafi’i).

Berikut lembar sejarah akuntansi bersama Bapak Akuntansi Lucas Paccioli.

Alkisah, Luca Bartolomeus Pacioli, seorang “Renaissance man”, adalah seorang yang menguasai banyak bidang, mulai dari religius sampai militer, bahkan dari matematik sampai obat-obatan.
Dia dibantu oleh Leonardo da Vinci dalam pembuatan karyanya Divina Proportione, dan sebagai gantinya Pacioli membantu menghitung bahan-bahan perunggu untuk patung karya Leonardo bernama Duke Lidovico Sforza di Milan.
Ketika Pacioli menyebarkan bukunya “Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita” yang mengandung satu bab tentang akuntansi, yaitu pada tanggal 10 Nopember 1494 M, Pacioli menyebutkan di dalam bukunya bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi atau double entry dengan debit dan kredit telah ada sejak masa yang lama tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana sistem ini telah ada sejak lama.
Pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang menemukan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi? Di mana hal itu? Dan bagaimana sistem ini bisa beralih ke tangan orang-orang Itali?
Sebagian sejarawan memandang bahwa sistem tersebut telah dikenal oleh penduduk dahulu, dan sistem ini tersebar di Itali melalui perdagangan, yang dimaksudkan adalah melalui kaum muslimin. Sebab, kaum muslimin pernah menjalin hubungan dagang yang kuat dengan orang-orang Itali; (terbukti bahwa mata uang beberapa bangsa Arab adalah Dinar yang merupakan mata uang bangsa Rum jaman dulu). Dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka dalam melakukan hal itu, sejak Eropa keluar dari masa kegelapan.
Sebenarnya hal-hal tersebut sudah ada sejak lama, namun sampai masa itu belum lengkap, sehingga belum dirasakan perlunya pencatatan dalam bentuk double entry (atau sudah merasa tapi belum kebayang). Misalnya, penulisan sudah lama ada, tapi manipulasi angka dengan aritmetika baru-baru saja ditemukan.
Satu hal lain yang membuktikan adalah bahwa aksara Romawi yang dipakai di italia waktu itu adalah tidak mengenal angka NOL. Angka nol yang kemudian dipakai adalah berasal dari angka dalam aksara arab. Penemuan angka-angka Arab untuk menggantikan angka Romawi sangat membantu dalam pengembangan akuntansi.
Bayangin aja kalo mo nulis 12.345.678,90 pakai angka romawi…!!

Bukti tertulis adalah pada Tahun 1202 M. Dimana adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan aritmetika–yang keduanya dibawa oleh kaum muslimin–ke Eropa, yaitu melalui buku yang ditulis oleh Leonardo of Pisa Putra Bonnaci atau dikenal sebagai Fibonnaci. (masih ingat pelajaran matematika tentang deret Fibonacci?) yang banyak melakukan perjalanan ke dunia Arab.
Buku Fibonacci mendapatkan perhatian besar dari para pedagang, karena menyajikan cara baru penomoran dari satu sampai sepuluh. Cara ini tidak akan disajikan kepada orang-orang Eropa di Itali kecuali setelah nyata berhasil penerapannya di negara Islam di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan sistem ini, masalah-masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada saat itu berhasil diselesaikan.
Jadi kesimpulannya, sebelum Pacioli menulis dalam bukunya yang kemudian membuatnya digelari Bapak Akuntansi, para pedagang arab muslim sudah menggunakan teknik double entry tersebut dalam pencatatan transaksi mereka. Di negeri islam jaman khilafah, ada dua profesi yaitu Muhasib (dari kata hisab) dan Muhtasib (dari kata hisbah). Yang pertama adalah akuntan, yang kedua adalah auditor atau pengawas. Satu hal yang menarik, seperti yag saya katakana di awal, Allah telah memerintahkan kepada kita lewat firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 282 yang ‘bercerita’ tentang AKUNTANSI..!! 700 tahun sebelum Paccioli lahir..

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS: Al-Baqarah Ayat: 282)
Terus kenapa ayatnya 282? Seolah-olah angka 8 diapit oleh angka 2 yang bisa dilihat sebagai prinsip keseimbangan kiri dan kanan ??? Dan kabar lainnya, Anda semua mempunyai akuntan pribadi yang selalu ikut kemana Anda pergi, bukan cuma satu tapi dua. Dari ID Cardnya terbaca namanya Rakib dan yang satunya Atid… Terus dari empunya cerita, kelak akan ada auditor, bukan cuma satu tapi dua, denger-denger namanya Munkar dan Nakir…

Wallahu’alam bishshawab...
Semoga bermanfaat JJJ

(Disunting dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar